Sunday, September 17, 2017

[SHARING] : Jadi Miliarder di Usia Muda

Hello readers! Apa kabarnya nih? Setelah break dari sharing terkait topik yang biasanya aku ceritakan, kali ini aku mau sharing kepada teman-teman muda disini. Tentunya semua orang ingin mencapai kesuksesan di usia muda, bukan? Tentu tidak mudah mencapai kesuksesan, apalagi di usia muda. Tapi hal itu bisa diusahakan. Bahkan sejak dini, seperti anak sekolah sudah bisa merintis jalan menuju sukses. Misalnya dengan mengasah kemampuan dan ikut di berbagai ajang nasional dan internasional, mengikuti berbagai seminar dan kelas yang berguna bagi masa depan, hingga mencoba merintis jalan kesuksesan itu secara langsung seperti dengan membuka usaha sendiri. Berikut beberapa cara mencapai miliarder di usia muda:



1. Memulai bisnis
Memang tidak ada jaminan kalau kita akan sukses, tapi ada banyak pilihan di masa depan jika kita melakukannya. Teruslah mengasah dan meningkatkan memapuan, dan bersiaplah bekerja keras untuk mewujudkan mimpi!

2. Temukan mentor
Kalau kita rajin membaca cerita sukses, tentunya kita akan tahu satu ciri khas yang selalu ada pada tiap cerita sukses. Pasti orang-orang yang telah meraih kesuksesan itu memiliki mentornya masing-masing. Mentor merupakan seorang yang punya pencapaian luar biasa dan bisa jadi penyeimbang juga penyemangat. Tidak melulu teman dekat atau sahabat, bahkan bisa jadi seorang yang memberi kritik pada kita hingga memicu adanya pembuktian.

3. Bangun produk
Tidak harus kita membuat produk dari awal, tapi bisa jadi kita menciptakan berbagai inovasi atau membuat prototype, yang kemudian kita bangun mereknya dan akhirnya distribusikan ke berbagai daerah. Syaratnya, produk tidak mahal dan bisa mengurangi beban sistem yang sudah ada.

4. Ambil alih bisnis yang sudah berjalan
Nggak melulu terkait membangun sebuah perusahaan atau produk dari nol. Kita bisa saja membeli atau melanjutkan dan mengambil alih bisnis yang sudah ada. Misalnya dengan membeli sebuah perusahaan.

5. Investasi
Hal ini bisa memberi uang secara signifikan. Sebelum melakukan investasi kita harus paha cara mengelola risiko. Kalau belum siap risiko yang tinggi, kita bisa mencoba dengan jumlah uang yang siap ditolerir jika kelak terjadi apa apa pada investasi kita.

6. Menabung
Ini merupakan salah satu cara yang sangat konvensional. Ada banyak cara untuk menghemat pengeluaran dan menambah penghasilan. Pekerjaan sampingan, berbagi kamar sewaan kos, dan lain-lain. Sehingga kita bisa menabung lebih banyak.

Sudah siap mencapai target miliarder di usia muda? See you at the top!

Buat kalian yang ingin membaca tentang kecantikan bisa mengunjungi www.jennitanuwijaya.com

Wednesday, November 2, 2016

Lelah

Hello Readers!
Well, di post kali ini aku akan membagi kisah nyataku dalam mencoba menjadi tulus.
Memang nggak mudah, akupun merasakan kesulitan itu. Ketika berusaha menjadi lebih baik memang kita pasti akan mengalami kendala, bukan?
Kini aku sedang mengalaminya. Ketika aku berusaha menjadi tulus kepada semua orang disekitarku, ada cobaan yang menerpa. Aku merasa diperlakukan dengan tidak selayaknya, dimana orang-orang hanya berkomunikasi denganku ketika mereka ada butuhnya, bukan sebagai teman, melainkan hanya sebagai orang yang dapat memenuhi kebutuhannya dan mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Bahkan terkadang tidak dianggap sama sekali.
Sakit bukan? Jelas memang. Hatiku sangat tersayat bahkan hingga meneteskan air mata. Mungkin orang lain tidak melihat, atau bahkan melihat air mata dikala aku tersenyum, dan mereka dapat berpikir itu adalah air mata bahagia. Ya memang, aku menyembunyikan segala keluh kesahku sendiri, dan hanya akan diketahui diriku sendiri. Ketika ada orang lain, yang akan muncul adalah senyuman. Pembohongan publik? Tidak. Karena terkadang lebih mudah tersenyum daripada menjelaskan apa yang kurasakan.
Namun satu hal yang kusadari, ketika diberikan cobaan seperti ini, setelah melaluinya, kita akan menjadi lebih kuat. Ya, untuk persiapan menghadapi rintangan berikutnya.
Dan aku bisa bertahan, juga karena keceriaan yang dibagikan oleh sahabatku. Orang yang menganggapku benar-benar sahabatnya, bukan yang hanya mencariku ketika dibutuhkan.
Readers, kuyakin kalian pun mengalami hal yang sama. Mari berjuang bersama, melalui rintangan demi rintangan. Jika kalian menghadapi kesulitan, silahkan sharing di kolom komen maupun ke kontak brigitaclara96@gmail.com
Semoga kita bisa saling menguatkan baik melalui interaksi pribadi maupun melalui postingan-postingan di blog ini. Bertahan dalam perubahan menjadi orang yang lebih tulus, demi lingkungan yang lebih baik.

Monday, October 3, 2016

My friend, Dala

HELLO :)
Well karena ternyata post ini sudah berhasil menggapai beberapa readers (diluar ekspektasi) maka aku akan membuat lanjutan dari posting sebelumnya. Semoga ini membantu pada readers yang butuh contoh maupun pencerahan ya :)

Aku akan menceritakan contoh nyata tentang ketulusan, yang mungkin bisa menggugah hati teman-teman. Namanya kusamarkan menjadi Dala ya. 
Jadi Dala merupakan teman yang baru saja kukenal di kuliah. Kami sekelas dan tentu menjadi akrab karena teman yang paling awal dikenal adalah dia. Mulai dari berkenalan, hingga kami sering ngobrol, buat tugas bersama, dan curhat. Kami dekat bukan hanya perihal duniawi, tapi juga soal rohani. Saling mengingatkan ke gereja, salam happy Sunday, hingga beribadah bersama. Singkat cerita, kami menjadi sangat dekat melebihi kakak-beradik. 
Satu hal yang paling aku suka dari Dala, dia adalah seorang yang tulus. Hal itu dapat dirasakan, tentunya. Setiap ia berteman dengan orang baru tidak pernah memandang latar belakang keluarga, tempat kuliah maupun bekerja, kekayaan, status sosial, dan hal-hal lainnya yang mungkin selalu dipikirkan orang sebagai “benefit” yang bisa digapai setelah berteman dengan orang tertentu. Dala selalu berperilaku baik pada semua orang, sekalipun orang yang telah melakukannya dengan negatif. 
Tak pernah sekalipun Dala berpikir untuk membalas dengan hal negatif kepada orang yang jahat padanya, ia hanya merasa kesal sebentar, tapi akhirnya menerima sifat itu sebagai sifat bawaan dari orang. 
Dari pengamatan saya, hidup Dala selalu berlimpah dengan berkah. Bukan hanya berkah material yang ia peroleh, namun juga berkat non-material yang lebih utama dibandingkan apapun. Dala hidup dikelilingi orang-orang yang begitu menyayanginya, juga orang-orang yang tulus. Tidak menutup kehadiran mereka yang tidak tulus, memang. Tapi Dala menjalani hidup dengan bahagia. 

Semoga sharing ini membantu teman-teman yang membaca dan dapat menggugah hati kita semua untuk menjadi orang yang lebih tulus dalam segala hal. Belajar memang tak mudah, akar yang dicabut dari tanah memang sangat menyakitkan. Tapi percayalah, this is for the better world. For us, for our family, for everyone. 

Need any personal communication?
feel free to contact me through : brigitaclara69@gmail.com
It'll be my pleasure to talk with you :)

Wednesday, September 14, 2016

TULUS

Hi readers! Ini adalah postingan pertamaku, dan aku akan mengambil tema tulus. kenapa? karena aku yang hidup di Jakarta merasa hal ini sebenarnya banyak diminati, hanya saja tidak dijalankan. 
Beberapa minggu lalu aku sempat brainstorming dengan beberapa teman wanita, dan ternyata mereka merasakan hal yang sama. 
Kenapasih orang-orang ga bisa tulus? Apalagi di kota besar seperti Jakarta. Coba dijawab jujur ya, readers. Kalau berteman maunya dengan orang yang tulus dan tidak hitung-hitungan, kan? Lebih jauh lagi, kalau dapat pacar atau pasangan hidup, kalian pasti maunya dapat yang tulus kan?
Tapi kenapa dalam kehidupan sehari-hari kita sulit sekali berbuat tulus terhadap orang lain, padahal kita ingin mendapatkan perlakuan yang tulus. 
Banyak yang beralasan bahwa kapok, seringkali dimanfaatkan atas ketulusannya. Ya, memang benar sih. Sayapun merasakan hal yang sama. Tapi sebenarnya itu bukanlah trigger kita menjadi tidak tulus. Coba dipikir lebih jauh lagi, kenapa kita tidak bisa semudah itu bertindak tulus ikhlas kepada orang lain? 

Ya....

ternyata jawabannya (menurut hasil brainstorming kami) yakni lebih kepada keegoisan dan prestis. Terutama di kota besar, gap level sosial sangat terasa. Jangankan dengan orang lain, dengan tetangga saja level sosial kita seringkali berbeda bahkan jauh, bukan? Ketika tetangga terlihat memiliki mobil mewah, rumah yang ditata dengan indah, dan barang-barang branded kita merasa dia "profitable" dan bisa untuk "level up". Sehingga tujuan kita menjalin hubungan dengan tetangga bukan lagi berdasarkan ketulusan, tapi sudah bermotif "jika saya berhubungan baik dengannya maka saya akan mendapat keuntungan berupa......"
Berbeda dengan kehidupan di kota kecil maupun di desa, yang mana gap sosialnya belum terlalu tinggi sehingga tidak ada bahkan terbersit sedikit pun untuk mencari keuntungan. 

Readers, ini adalah tindakan yang salah. Percayalah, apa yang kita dapat di kemudian hari merupakan cerminan daripada apa yang kita telah lakukan di masa sekarang. Begitupun apa yang kita lakukan di masa sekarang merupakan cerminan dari perlakuan kita di masa lalu, coba saja diingat-ingat ke masa lalu. Pasti kalian akan menyadarinya juga. 

Maka dari itu, belajarlah untuk menjadi orang yang lebih tulus. Mari ubah image kota besar yang dingin dan kurang menyenangkan menjadi komunitas tempat tinggal yang ramah dan saling peduli, bukan saling mencari keuntungan. 
Memang tidak mudah menjadi orang yang tulus, apalagi di awal - awal. Tapi seiring dengan berlatih, kita bisa menjadi lebih tulus dan malah bersikap tulus menjadi sebuah kebiasaan yang dapat dilakukan tanpa berpikir. 
Selamat mencoba, Readers! jika kalian mengalami keluh kesah dan ingin bercerita atau sharing baik secara publik maupun pribadi (I'd love to hear your stories, guys) please kindly comment below or contact me via email:
brigitaclara69@gmail.com